Film Kartini ini berawal saat Kartini masih kecil yang dilarang untuk tidur Bersama sang ibu kandung. Ibu kandungnya yang merupakan istri pertama dari ayahnya, bukanlah seseorang perempuan yang berasal dari keluarga bangsawan.
Pada masa itu ada sebuah peraturan pemerintah Belanda kalau yang harus menjadi seorang bupati haru menikah dengan seorang kaum bangsawan saja. Akan tetapi ayah yang ada di film kartini sudah menikah dengan Ngasirah yang merupakan ibu kandung kartini, namun ia terpaksa harus menikahi wanita lain yaitu RA Woeryan.
Sementara Ngasirah tidak diperbolehkan untuk tinggal di rumah utama nya, dan hanya di rumah bagian belakang saja. Anaknya pun dilarang untuk memanggilnya ibu, akan tetapi dengan sebutan ‘yu’ (kakak/pembantu). Nyonya Ngasirah hanya mengerjakan pekerjaan yang kasar dirumah, namun sementara kedudukan istri utama di duduki oleh RA Woeryan.
Gimana? Ngenes bukan?
Berikut ini ada 7 hal yang menarik dan penting sekali dari cerita film Kartini ini yang wajib banget kalian renungi, dan yang membuat para wanita Indonesia wajib tonton film kartini ini.
5 Alasan Kenapa Wanita Indonesia Wajib Tonton Film Kartini :
1. Kondisi Wanita Zaman Kartini
Zaman kartini itu sangat memberi pencerahan untuk masa depan wanita Indonesia. Pada zaman itu, begitu jarang anak perempuan pribumi yang bisa mendapatkan kesempatan untuk bersekolah. Contonya sudah ada yaitu di Film Kartini serta adik-adiknya yang perempuan, mereka semua bersekolah hanya sampai dengan usia 12 tahun saja. Semua itu sebabnya karena mereka adalah seorang warga pribumi dari kelas atas serta sang ayah termasuk pria berpikiran moderat.
Para perempuan pada zaman itu, jika merak dapat haid pertamanya, mereka harus masuk pingitan, diam didalam rumah sampai ada seorang laki-laki yang melamarnya. Ketidakadilan muncul saat peraturan belanda mengharuskan pejabat sekelas bupati menikah dengan perempuan bangsawan. Dan akhirnya ayahnya pun menikah lagi dengan seorang perempuan bangsawan, dan ibu kartini tetap menjadi layaknya babu dirumah suami sendiri.
2. Pemberontakan Sejak Dini
Mungkin pada awal bibit ketidakadilan mulai ia lihat dengan mata kepala sendiri itu lah yang hingga akhirnya membuat Kartini mempunyai jiwa ynag bebas dan penuh dengan pemberontakan. Pada awalnya masa pingitan yang dia hadapi dengan acuh serta apatis.
Akan tetapi disaat ia sudah temukan jadi dirinya dan ia tahu apa yang ia inginkan, Kartini mulai menentukan langkah yang tidak mudah. ia mengajak adik-adiknya untuk menjadi pengikut kesetaraan gender seperti dirinya. Film Kartini memberanikan diri untuk menyuarakan pendapatnya. Dan ia sangat ingin mengubah kondisi perempuan bangsanya.
3. Kartini Penuntun Jiwa Merdeka Untuk Adik-Adiknya
Saat tiba waktunya kedua adik perempuannya masuk pingitan serta tidur didalam satu kamar dengannya, Kartini merasa sangat senang sekali. Pada awalnya ia bergaya cuek dan mengolok adiknya dengan suruh mereka berdua untuk bersimpuh dengan tangan menyembah di atas kepala hingga pegal. Lalu dengan Bahasa lembut ia berkata “ di dalam kamar ini aku adalah penguasa.
Kalian berdua harus mengikuti semua kata ku. Panggil namau aku saja” hingga pada akhirnya Kartini memberikan buku tebal tersebut yang sudah di baca olehnya lalu menyuruh mereka membacanya juga. Dengan Bersama kedua adiknya masa pingitan itu dijalani dengan amat sangat gembira dan bersemangat sebab adanya teman curhat yang satu pemikiran.
4. Semangat Belajar Yang Meronta-Ronta
Pada suatu ketika ada seorang tamu dari Belanda yang datang untuk bertemu dengan ayah Kartini. Kartini serta kedua adikya sedang memasak di dapur dan mereka akhirnya mengintip. Ketika itu Kartini gantikan tugas pembantu untuk bawakan minuman. Ketika itu lah Kartini mulai ikut berbincang dengan seorang tamu Belanda itu dan ayahnya dapat kesempatan untuk menulis di sebuah terbitan.
Sang tamu dari Belanda itu meminta kepada ayah Kartini untuk tidak usah terlalu ketat untuk memingit para putri-putrinya, pada sejak itu Kartini serta kedua adiknya dapat keluar rumah, ia berkunjung ke rumah Nyonya Belanda dan membantunya terbitkan tulisan, kembangkan usaha ukiran Jepara, serta mengajarkan murid-murid perempuan secara terbatas di dekat teras.
5. Perjuangan Yang Belum Selesai
Sesudah Kartini menikah, ia kembangkan sekolah di Rembang. Suami Kartini dapat memenuhi semua keinginan Kartini. Hingga kisah selanjutnya yang sudah kita ketahui bahwa Kartini wafat sesudah melahirkan seorang putra tunggal.
Dan ia tidak dapat melihat cita-citanya supaya perempuan di Indonesia bisa bersekolah dan mempunyai kesempatan yang sama dengan apa yang seorang anak laki-laki capai.
Baca Juga : 5 Film Terbaik Yang Pernah Di Bintangi Oleh Rowan Atkinson ,Betul-Betul Menghibur !